Selasa, 05 Juli 2011

Rinjani Trekking

Berawal dari sekedar ngobrol-ngobrol dengan istri tercinta, tiba-tiba muncul keinginan untuk mendaki Gunung. Soalnya terakhir mendaki gunung waktu masih kuliah, atau sudah sekitar 20 tahun lalu. Mengingat bahwa umur sudah semakin menua, dan anak2 juga sudah mulai beranjak remaja, sepertinya saat ini adalah waktu yang paling tepat, kalau tunggu nanti-nanti lagi, bisa keburu tambah tua, tambah gak kuat deh.
Perjalanan kali ini tidak tanggung-tanggung, pilihan langsung jatuh pada Gunung Rinjani, yang merupakan Gunung Api (Volcano) tertinggi kedua di Indonesia.(3.726 m dpl).Woww.....kalau berhasil hebat nih

Akhirnya penelusuran informasi dilakukan, dengan memanfaatkan teknologi dong, yakni dengan Internet. Setelah browsing sana sini, pilihan tertuju pada Lomboktrekking.com, dan langsung mendapat respons positif dari Bpk Nur Ihsan, selaku pemilik travel tersebut. Dengan sabar beliau melayani semua pertanyaan dan informasi yang saya minta, walau saya sendiri kadang merasa terlalu cerewet hehehe. Maklum sudah lama gak mendaki nih, dan mau mengajak 2 anak yg baru mulai remaja, yang faktanya pada umur demikian lebih suka main di mall ataupun facebookan di PC. Jadi ini merupakan tantangan.

Semua persiapan di arahkan oleh pak Ihsan, hingga kami sekeluarga semakin yakin bahwa perjalanan ini pasti akan Sukses.
Terbayang sudah panorama yang akan kami lihat selama pendakian serta udara dingin yang pasti menusuk.

Ticket sudah dipesan, dan persiapan dari sisi Lomboktrekking juga sudah matang, maka berangkatlah kami sekeluarga tepatnya tgl 28 Juni menuju Bandara Selaparang Lombok.
Perjalanan pagi hari dari Jakarta hampir 2 jam terasa sangat lama, berhubung kami sudah tidak sabar segera tiba lokasi. Saat mendarat kami disambut hangat oleh staff Bpk. Ihsan, bahkan tidak lama kemudian beliau pun muncul untuk menyambut kami, Luar Biasa !!!!
Selanjutnya perjalanan darat dari Bandara Selaparang menuju Senaru, yakni site terdekat untuk pendakian dari ketinggian 600m dpl. Sebenarnya ada beberapa pintu masuk untuk menuju Rinjani ini, namun yang paling populer ada 2 pintu, yakni Pintu Senaru untuk yang mempunyai target hingga danau Segara Anak, dan Pintu Sembalun yang mempunyai target Puncak Rinjani. Kedua jalur ini sebetulnya sama saja, namun jarak tempuh nya yang berbeda. Dari Senaru pun bisa menuju ke Puncak Rinjani, tapi jauh nya luar biasa.
Sore hari tibalah kami di Pondok Senaru. Cottage asri yang menyatu dengan alam. Saat tiba kami langsung mendapat suguhan pemandangan yang sangat memukau : Kaki Gunung Rinjani dengan air terjun Sendang Gile. Saat itu pun kami dipertemukan denga tim pemandu, yang dipimpin oleh pak Machoo. Beliau ini penduduk lokal, yang sudah berpengalaman mendaki Rinjani, bahkan sudah certified sebagai pemandu gunung (Mountain Guide), dengan jam terbang minimal 5 kali sebulan mendaki dengan membawa wisatawan.
Pendakian disepakati keesokan hari nya, tepat jam 7 Pagi.

29 Juni 2011. Jam 7.00, pak Machoo sudah muncul di pekarangan cottage beserta 3 orang porter yang membawa barang, dan kami pun sudah siap. Perjalanan dimulai dengan terlebih dulu mendaftar di Rinjani trek Center, serta membayar tiket masuk.
Awal pendakian mulai terasa.... semakin sadar bahwa umur sudah mulai mempengaruhi. Baru juga jalan 1 jam, keringat sudah membanjir, dan nafas mulai ngos2an. Akhirnya tiba lah di pos Extra. Lumayan buat tarik napas. Perjalanan dilanjutkan ke pos 1(900 m dpl) dan selanjutnya ke pos 2 (1500 dpl), dan waktu sudah menunjukkan pukul 12.00. Langit mulai mendung, dan serta merta hujan deras mulai turun. Untung di pos 2 ini tempatnya cukup luas, sehingga cukup untuk menampung banyak pendaki, yang terutama di dominasi orang Bule. Kalau dilihat, sepertinya cuma keluarga kami yang saat itu wisatawan domestik. Makan siang disiapkan oleh pemandu dan para porter, sambil menunggu hujan reda. Sungguh tidak disangka, mereka bisa menyiapkan makanan yang diluar perkiraan kami. Serasa tidak sedang camping nih, soalnya menu nya bintang 5 banget. Fantastik!!

Setelah cukup beristirahat, waktu sudah menunjukkan pukul 13.30, dan hujam masih rintik2. Kami harus melanjutkan perjalanan.
Dibawah hujan yang kadang rintik kadang lebat, kami melanjutkan pendakian, dan akhirnya tiba di pos 3 (2000 m dpl)  saat waktu menunjukkan pukul 15.00. Tanpa beristirahat kami langsung mendaki menuju Cemara Lima (pos 4) atau pos terakhir, dan justru setelah pos 4 ini perjalanan terasa sangat berat. Selain jalan yang berpasir dan berbatu besar, sulit bagi kami sekeluarga untuk berjalan tegak, nyaris merangkak, ditambah kabut yang semakin tebal. Kami harus mengejar hingga tiba di Pelawangan (2641 m dpl)  sebelum matahari terbenam.

Setelah perjuangan yang melelahkan , akhirnya tibalah kami di Pelawangan. Tempat tertinggi sebelum Puncak Rinjani, dengan pemandangan yang menakjubkan, yakni Puncak Rinjani dan Danau Segara Anak, yang di tengahnya ada gunung Baru Jari.
Setelah tenda berdiri, kami beristirahat.

30 Juni 2011, Pukulm 07.30, kami bersiap untuk turun ke danau. Perjalanan ke danau ini sangat berbahaya, selain tebing yang curam, juga jalan yang sering longsor, serta jalan setapan yang tidak jelas, karena terdiri dari batu2 yang besar. Perjalanan menurun ini menghabiskan waktu 4 jam, dan kami tiba di tepian danau saat waktunya makan siang. Rasanya perut tidak lapar, apalagi disuguhi pemandangan yang sulit dilukiskan dengan kata2. Sayangnya semua ini harus didapat dengan pengorbanan dan mental serta fisik yang prima.
Kami merasa sangat beruntung bisa menikmati semua ini, walau kelelahan, namun semua itu terbayar dengan semua keagungan ciptaan Tuhan yang terhampar di hadapan kami.  Rasanya bangga sekali bisa berkumpul dengan keluarga di tempat seperti ini. Kami juga bangga memiliki 2 putri yang tangguh, tidak cengeng serta memiliki daya juang yang tinggi.
Waktu rasanya berjalan sangat cepat, hingga kami memutuskan untuk kembali mendaki ke Pelawangan, sebelum hari menjadi gelap, apalagi medan pendakian kali ini sudah seperti lokasi Rock Climbing.
Pendakian bisa kami tempuh lebih cepat daripada waktu menurun. Kami hanya perlu waktu sekitar 3 jam, sampai akhirnya tiba kembali di camp kami

1 Juli 2011
Saat menikmati matahari terbit, sambil bersiap-siap untuk menuruni gunung. Pukul 7.30, kami sudah berjalan kembali menuju Pos 4 (Cemara Lima) , pos 3, dan pos 2 untuk beristirahat. Perjalanan dilanjutkan menuju pos 1 , lalu menuju ke Jbag Gawah / pintu hutan. dan tepat pukul 17.00 kami berhasil sampai kembali di Rinjani Trek Center (RTC) dimana mobil pak Ihsan sudah menunggu untuk membawa kami ke Senggigi.
Kebahagiaan luar biasa terpancar dari seluruh roman muka keluarga kami, disertai rasa bangga, sudah pernah menikmati keindahan Danau Segara Anak, serta Gunung Rinjani. Sungguh pengalaman yang luar biasa, yang mungkin belum bisa dinikmati oleh kebanyakan orang, walaupun sesama penduduk Indonesia sendiri.  Memiliki uang yang banyak pun belum menjamin bisa menikmati semua keindahan ini. Yang diperlukan adalah mental, dan daya juang serta tidak putus asa.
Tidak sabar, kami ingin segera menuju Senggigi, dimana kami akan menginap 1 malam lagi, dan terbayang sudah mandi air panas yang akan membersihkan daki - daki dibadan hasil pendakian 3 hari hehehehe.









Base camp Pelawangan
Jalan menuju Danau Segara Anak

Add caption

Pemandangan Danau Segara Anak diambil dari Senaru Crater Rim



Air terjun Sendang Gile
Bunga Edelweiss yang banyak bertebaran di punggung gunung



Pelataran tepi danau Segara Anak
Menuruni Gunung
Negeri diatas Awan
Angel Sun Shower


Sarapan pagi
Perjalanan menuju Pos 2
Pendakian dari Danau menuju Pelawangan/ Senaru Crater Rim

mmm..nikmatnya gado2 yang bumbunya diuleg dengan gagang kampak hehehe..tp rasanya mantap lho!!


Tentram dan Damai


Minggu, 24 April 2011

Labuan bajo - Pulau Komodo - Pulau Rinca

Akhirnya tiba juga di Labuan Bajo , dengan Bandara udara nya yang bernama KOMODO
Perjalanan dari Labuan bajo menuju pulau Komodo yang akan di tempuh selama sedikitnya 4 jam ini menjadi tidak terasa karena nyamannya fasilitas di kapal. Kapal ini kami sewa dari Bapak Ali Sehidun. Beliau adalah pengelola Komodo Travel yang kantor nya ada di Labuan Bajo. Kapal yang kelihatannya kecil ini ternyata lengkap juga, karena selain ada kamar mandi, yang berlimpah air tawarnya, juga ada kamar tidur dan dapur.

Bongkar-bongkar perlengkapan dulu , sebelum menikmati perjalanan


Tidak disangka, ternyata para awak buah Kapal (ABK), pintar-pintar masak juga lho, kami sangat menikmati masakan yang mereka buat, walau awalnya sempat was-was juga kira-kira masakan apa yang akan mereka siapkan. Ternyata Ikan Marlin asam manis, terong goreng tepung dan tahu rica-rica nya benar-benar lezat.
Dari tempat kapal merapat, tampaklah sudah Pantai Merah, atau yang lebih dikenal sebagai PINK Beach. Pantai ini dasarnya sih pasir putih, namun tercampur pecahan-pecahan halus dari karang laut yang berwarna merah. Selain pantainya yang bersih, air nya pun sangat jernih, dan sejuk. Tidak terasa bermain air di tengah hari bolong, menjadi segarrrrr




Pintu Masuk Taman Nasional Komodo di Pulau Rinca. Pulau Rinca ini bisa ditempuh hanya sekitar 2 jam dari labuan Bajo, begitu pula dari Pulau Komodo.








Saat keberangkatan kembali ke Jakarta (via Denpasar) pun tiba, namun ada yang tidak biasa dilakukan pada penerbangan lain, yakni penumpang yang naik pesawat juga perlu ditimbang dulu. Kalau kelebihan berat badan gimana ya??

Jumat, 22 April 2011

Desa Moni

 Desa Moni ini terletak sekitar 2 jam perjalanan dari kota  Ende, atau bisa juga ditempuh sekitar 3 jam dari Maumere. Merupakan desa yang asri dan tenang, serta terdekat dari pintu masuk Taman Nasional Kelimutu.
Jarak dari Desa Moni ke Pintu Masuk Kelimutu adalah sekitar 14 km, dengan kondisi jalan yang menanjak tajam.
Banyak penginapan di Desa Moni ini, ada yang dikelola oleh Pemda Setempat ( Sao Ria) maupun oleh penduduk setempat  (semacam home stay). Salah satu penginapan yang sangat saya rekomendasikan, apalagi untuk keluarga (lengkap fasilitasnya) adalah Kelimutu Ecolodge (Kelimutu ecolodge ini adalah jaringan ecolodge yang memiliki beberapa lokasi penginapan di Labuan Bajo, Bali, Lampung,dll)
Selain staff yang sangat membantu dan ramah, tempat ini juga sangat nyaman. Saat di sana kami bertemu dengan Bpk. Yanto Wangge dan di temani selama kami berkunjung oleh Bpk Maurius. Benar-benar pengalaman yang sangat berkesan.
Kebetulan saat kami berkunjung ke Desa Moni adalah saat Pekan Suci/ Jumat Agung , yang merupakan hari besar umat Kristen / Katolik, sehingga kami pun berusaha menyempatkan diri ke Gereja Santa Maria Fatima di Moni.